KARAKTER ORANG BANYUMAS

Kalian semua pasti tahu bahasa ngapak, yang inyong ko itu. Yang identik pada orang didaerah Banyumas,Cilacap, Kebumen, Banjarnegara , dan Purbalingga. sekarang saya akan memberikan pemaparan sedikit tentang karakter dari orang Bnyumas secara umum pada daerah saya, yaitu di kecamatan kemranjen desa Alasmalang kabupaten Banyumas. Dari cerita dan kebiasaan yang saya lihat pada masyarakatnya yang saya tinggali masih asri dan berada pada pegunungan dan jarak rumahnya sangat jauh. dibawah ini beberapa pemaparan tentang beberapa tingkatan karakter dari orang Banyumas.
MODEL KARAKTER MANUSIA BANYUMAS
Model karakter manusia Banyumas yang dapat disistematisasikan dalam empat lapis lingkaran yang saling berkaitan dan terintegrasi. Lingkaran pertama merupakan lingkaran terdalam yang berisi karakter manusia Banyumas yang paling hakiki. Artinya, karakter pada lingkaran pertama adalah karakter inti yang tidak mudah berubah dan menjadi ciri khas manusia Banyumas yang membedakan dengan masyarakat lainnya sehingga orang selalu menyebut manusia Banyumas itu cablaka, atau manusia Banyumas itu thokmelong, atau manusia Banyumas itu blakasuta. Glogok soar sepadan dengan ketiga istilah itu.
Lingkaran kedua berisi karakter khusus yang menyangkut legenda-legenda yang hidup di Banyumas. Legenda yang dikenal luas oleh masyarakatBanyumas adalah legenda Kamandaka dari teks Babad  Pasir. Legenda tersebut pengaruhnya tidak hanya pada masyarakat Banyumas di seluruh wilayah Karesidenan Banyumas, melainkan telah melewati batas-batas budaya Banyumasan sehingga legenda tersebut hidup dengan subumya di daerah pesisir se1atan Jawa Tengah. Legenda lain yang berasal dari teks Babad Banyumas meliputi legenda Raden Baribin, Raden Keduhu,danAdipati WargaUtama 1.
Lingkaran ketiga berisi karakter khusus yang terkait dengan sejarah Banyumas. Karakter yang dicerminkan oleh sejarah Banyumas menyangkut peristiwa-peristiwa sejarah yang melekat pada tokoh-tokoh Banyumas masa lampau, baik yang disebutkan pada teks Babad Pasirdan Babad Banyumas maupunpada tokoh sejarah yang dikenal dalam sejarah kontemporer Banyumas. Hal itu merupakan penjelasan sejarah yang berkesinambungan antara masa lampau dengan masa kini.

Lingkaran keempat berisi karakter umum yang dijumpai pada masyarakat Banyumas pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter pada lingkaran keempat merupakan karakter yang bukan karakter inti, melainkan karakteryang berada pada lingkaran paling luar sehingga bisa saja karakter umum ini ditemukan gejalanya pada masyarakatlain.
Gambar lingkaran di samping menunjukkan model karakter manusiaBanyumas yang telah disistematisasikan. Cablaka atau thokmelong, atau blakasuta merupakan karakter manusia Banyumas yang paling hakiki yang tidak mudah berubah meskipun manusia Banyumas itu sudah berinteraksi dengan manusia yang berlatarbelakang dan kebudayaan lain. Karakter cablakal thokmelongl blakasuta sangat menjiwai karakter-karakter lain seperti karakter khusus (baik yang dicerminkan oleh legenda sejarah) dan karakter umum. Atau dengan kata lain, karakter khusus dan karakter umum manusia Banyumas tidak mungkin dilepaskandari karakterinti tersebut. Tidak ada penjelasan sejarah terhadap karakter manusia Banyumas yang memuaskan apabila mengabaikan karakter ini karena kekhasan atau ciri khas manusia Banyumas itu terletak pada karakter yang berwujud cablakal thokmelongl blakasuta. Pada lingkaran pertama ini tercermin jiwa egaliter, jiwa bebas, dan jiwa vulgar dari masyarakatBanyumas.
CABLAKA SEBAGAI INTI MODEL KARAKTER MANUSIA BANYUMAS
Pembahasan dalam artikel ini difokuskan pada lingkaran pertama atau lingkaran terdalam yang berisi karaktcr cablaka. Cablaka merupakan pusat atau inti model karakter manusiaBanyumas. Cablaka adalah karakteryang dicetuskansecara spontan oleh manusia Banyumas terhadap fenomena yang tampak di depan mata,tanpa ditutup-tutupi. Cablaka sering diartikan sebagai karakteryang mengedepankanketerusterangan manusia Banyumas. Artinya, manusia Banyumaslebih senang berbicara apa adanya dan tidak menyembunyikansesuatu. Akibat cablaka manusia Banyumas, orang lain merasakanbahwa manusiaBanyumasdilihat dari sisi luar seperti tidak memiliki unggah-ungguh(etika), lugas, atau bahkan kurang ajar.
Anggapan itu wajar saja karena cablaka gaya manusia Banyumas itu memang menimbulkan rasa yang kadang-kadang menyakitkanhati (nylekit) bagi oranglain yang tidak memahaminya atau orang yang sedang mudah tersinggung, termasuk sesama manusia Banyumas sendiri. Perilaku penjorangan, semblothongan, glewehan, atau ngomong brecuh orang Banyumas memang sering berlebih-Iebihan sebagai perwujudan dari karakter cablakaterse but. Namun,bagi sesame manusia Banyumas hal itu tidak menjadi masalah. Maka dari itu, cablaka manusia Banyumas harus dianggap sebagai perilaku keterusterangan, jiwa yang terbuka, akrab, atau ekspresi kebebasanuntuk menyatakan sesuatu tanpa ada hal-hal yang ditutup-tutupi (tanpa tedheng aling-aling) (Darmasoetjipta 1985: 153)
Cablaka, thokmelong, dan blakasuta sebenamya memiliki maksudyang sama, yakni bicara apa adanya atau terus terang atau bersahaja (Prawiroatmojo 1988: 52). Cablaka dan blakasuta memuatunsur kata yang sama, blaka, yang artinya terus terang atau bersahaja (Prawiroatmojo 1988: 39). Blaka selanjutnya berasal dari kata blak (pada salahsatu geografi dialek Banyumasan: blag)yang artinya mengaamba atau teladan dan contoh sehingga kata ulang blak-blakan (pada salah satu geografi dialek Banyumasan:blag-blagan)berarti tanpa nganggo ditutupidan blakasuta berarti kandha ing sabenere (Widada, dkk. 2006: 66; bdk. Prawiroatmojo 1988:39). Kata blaka jika dicari asal-usulnya ternyata berasal dari bahasa Jawa Kuna,balaka, atau juga Sanskerta,walaka.Balaka diartikan terus terang, sejujur-jujurnya, lurns, tanpa tedheng aling-aling (Mardiwarsito 1979: 106) atau hanya, semata-mata, saja, belaka (Zoetmulder 2000a: 100). Kata walaka diartikan balaka, anak, bocah, kanak-kanak, atau anak-anak(Mardiwarsito 1979:655) atau muda, belum tumbuhsepenuhnya (Zoetmulder 2000b: 1372), atau wantah,belaka, wenteyan (Winter & Ranggawarsita 1988: 293).
Tampaknya asal-usul kata yang berasal dari kata J awa Kuna dan Sanskerta yang menimbulkankata cablakaatau blakasuta. Kata cablaka ini dimungkinkan berasal dari kata bocah blaka atau disingkat menjadi cah blaka, dan selanjutnya menjadi cahblaka atau dibaca cablaka. Kata walaka yang berarti bocah, anak, kanak-kanak, anak-anak, atau mudadi atas menunjukkanbahwa cahwalaka at au cawlaka berarti bocah-bocah. Maksudnya, anak-anak yang masih wantah (belaka) atau masih apa adanya dan belum terkontaminasi oleh pengarub-pengaruh luar. Anak masih memperlihatka nwatak yang mumi yang berbeda dengan manusia dewasa yang sudah mengalami banyak perkembangan jiwanya. Kata blakasuta juga sama pengertiannya dengan cablakakarena kata suta berarti anak (laki-laki dan perempuan), sais, kusir (Zoetmulder 2000b: 1163; bdk. Prawiroatmojo 1989: 223 & Mardiwarsito 1979:552),atau suta, suta biweh, anak mantu (Winter& Ranggawarsita 1988:261).Dengan demikian, cablakaatau blakasuta mengandung arti keterusterangan atau kejujuran seperti anak-anak. Atau dengan kata lain, cablakaatau blakasuta berarti kejujuran yang masihmumi, lugu, atau apa adanya dan belum berubah. Anak-anaksecara fitrahmasihmemperlihatkan kejujuran dan belum berbohong seperti orang-orangdewasa.
Kehidupan manusia Banyumas yang cenderung egaliter yang menjunjung kesetaraan relasi antara satu individu dengan individu lain. Makadari itu, manusia Banyumas selalu memakai kata inyong dan koweatau ko atau kono atau rika dalam berbahasa dialek Banyumasan.Manusia Banyumas tidak mengenal sapa sira sapa ingsun yang cenderungmerupakanrepresentasi dari budaya feodalistik yang membedakan antara strata wonggedhe dengan wongcilik. Thokmelong merupakan bentuk keakraban yang diciptakan oleh manusia Banyumas yang menganggaporang lain sudah menjadi bagian dari kehidupanmasyarakat (padha-padha atau wonge dhewek) sehingga sifat itu bukan ekspresi dari sok kenaI sok dekat yang di belakangnyaada maksud-maksud yang kurang
baik karena manusia Banyumas tidak akan memanfaatkan kedekatannya dengan oranglain untuk kepentingan pribadi. Bagi manusia Banyumas memanfaatkan orang lain itu termasuk tindakan yang dikategorikan tidak etis karena di dalam rangka thokmelong itu juga ada unsur glewehan yang jelas tidak serius. Glewehanitu memang merupakan perilaku penjorangan atau semblothongan yang tidak harus direaksidengan serius. Oleh karena itu,manusia Banyumas cenderung saling gleweh, saling menjorang, dan saling semblothongan yang akhirnya bermuara pada keakraban dan mengikis jarak.
Salah satu cara yang terbaik untuk menghadapi cablaka blakasuta atau thokmelong manusia Banyumas adalah melakukan reaksi yang sarna sehingga tidak merasa tersinggung atau dilecehkan karena tidakjarang muncul kata-kata jorok dan saru (brecuh) dalam percakapan sehingga manusia Banyumas menjunjung ungkapan gemblung-gemblung ari rubung (biar gila asal berkumpul) (Koderi 1991: 154) dalam rangka thokmelong itu juga ada unsur glewehan yang jelas tidak serius. Glewehan itu memang merupakan perilaku penjorangan atau semblothongan yang tidak harus direaksidengan serius. Oleh karena itu,manusia Banyumas cenderung saling gleweh, saling menjorang, dan saling semblothongan yang akhirnya bermuara pada keakraban dan mengikis jarak.

Tag : banyumas, daerah
0 Komentar untuk "KARAKTER ORANG BANYUMAS"

Back To Top